“Berbahagialah orang yang memperhatikan orang yang lemah; TUHAN akan menolong Dia di waktu kesesakan.” MAZMUR 41:1

Secara teknis disebut “hukum tabur-tuai,” tapi kita sering menyebutnya “hukum karma” untuk menyatakan apa yang kita tabur, itu yang akan kita tuai. Kita melihat efek dari hukum ini setiap hari. Ketika kita marah dan membentak seseorang, mereka sering balik membentak kita. (Betapa mengejutkan!). Ketika kita menolong seseorang, orang yang pernah kita tolong sering datang menolong kita ketika kita butuh.

Namun, di dalam ayat ini hukum tabur-tuai ini mengambil sudut pandang yang berbeda. Ketika kita memberi untuk orang yang lemah, kita tidak mendapatkan balasan dari mereka, namun berkat tampaknya datang dari yang tidak disangka-sangka. Itulah Allah. Dia satu-satunya yang memperhatikan apa yang kita lakukan dan mengembalikannya kepada kita. Seperti itulah Dia. Yesus berkata, bukanlah sesuatu hal yang sangat penting, bisa memberi orang yang mampu mengembalikannya pada kita (lihat Lukas 14:12-14). Sesungguhnya hal yang sangat penting adalah memberi kepada orang yang tidak dapat membalas perbuatan kita. Dia menyukai hal tersebut.

Siapakah orang-orang yang miskin di sekitar kita? Sebagian besar dari kita telah menghabiskan uang untuk membeli sebuah rumah kecil di lingkungan yang bagus untuk melindungi keluarga kita dari orang miskin. Ketika kita bertemu dengan mereka dalam perjalanan menuju kota, kita tidak melihat mereka, atau yang lebih buruk, kita mengolok-olok mereka. Mereka ada dan mereka sungguh nyata dengan kebutuhan dan harapan serta mimpi yang nyata. Pertama, Allah ingin kita memikirkan mereka, membayangkan kehidupan mereka sehingga kita belajar untuk memberi perhatian yang tulus. Ketika kita peduli, kita akan menemukan cara untuk bertindak.

  • Ingatlah yang miskin. Siapakah mereka? Bagaimana kehidupan mereka?
  • Apakah satu hal yang bisa Anda lakukan untuk mereka?

“Bumerang berkat dari Allah akan terjadi ketika kita melakukan sesuatu untuk orang lain yang nyata-nyata tidak mampu membalas perbuatan kita.”Ike Reighard