Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,” maka kegelapan pun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang: kegelapan sama seperti terang. Mazmur 139:11-12

Daud mengalami masa-masa kegelapan ketika tampaknya terang pengharapan tidak akan bersinar kembali. Ia diserang musuh dan dikhianati teman. Ia bersembunyi dipadang gurun selama bertahun-tahun karena takut nyawanya terancam. Namun mungkin kegelapan itu paling buruk pada malam-malam setelah ia berzinah dengan Batsyeba dan menutupinya dengan menyuruh suami perempuan itu, Uria, pergi berperang sehingga terbunuh (lihat 2 Samuel 11:1-17).

Pada suatu waktu dalam hidup kita, hamper kita semua mengalami kurun waktu gelap pekat dalam kerohanian. Kita tidak dapat melihat, dan kita yakin tidak ada orang lain yang dapat melihatnya pula. Kita merasa putusasa, dan lebih buruk lagi, kita takut keadaan itu tak akan berakhir. Di tengah kekalutan Daud yang mendalam ini, Allah member nyawawasan yang segar. Daud mungkin tidak melihat terang apapun, tetapi Allah melihat dalam kegelapan kita sejelas Dia melihat dalam terang. Kesadaran ini membangkitkan pengharapan Daud. La tidak perlu harus melihat terang selama ia yakin bahwa Allah yang penuh kasih dan kekuatan dapat melihat dengan jelas.

Ketika kita berada dalam palung kegelapan, tidak mampu melihat dan tidak memiliki pengharapan, kita dapat memastikan bahwa Allah tidak pernah buta. Dia melihat kita di dalam kegelapan, dan Dia melihat penyelesaian bagi masalah kita bahkan saat kita tidak mampu melihatnya. Yakinlah akan hal itu.

  • Uraikan waktu ketika Anda merasa dalam kegelapan secara rohani dan secara
  • Bagaimana pengaruhnya pada Anda ketika menyadari bahwa Allah melihat dengan jelas bahkan ketika Anda tidak mampu melihat sama sekali?

“Sangat jarang, kalaupun ada, suatu situasi yang tanpa pengharapan, tetapi banyak Orang yang kehilangan pengharapan ketika menghadapi situasi tertentu.”ZigZiglar